Pages

Kamis, 14 Februari 2013

Wisata Solo

1. Obyek Wisata Alam – Tawang Mangu
Air Terjun Jogrogan Sewu
Yaps.. :) Siapa yang tak kenal Tawangmangu. Tawangmangu adalah sebuah nama daerah di kaki Gunung Lawu. Karena keberadaannya yang berada di tempat dataran tinggi, membuat objek wisata ini masih segar dan suhu udara dingin terutama di malam, hari oleh karena itu banyak sekali wisatawan yang berkunjung di sini. Dengan panorama alam yang indah, bukit-bukit dan ladang petani yang memberi warna hijau sejuk membuat tempat ini ideal untuk kita melepas lelah dan refreshing.
Tawangmangu tepatnya terletak Kabupaten Karanganyar atau sekitar 36 KM arah timur Kota Solo. Tawangmangu sangat mudah dijangkau dari Kota Solo. Akses transportasi cukup mudah, karena ada bus umum yang hampir tiap 30 menit siap mengantar anda dari Terminal Tirtonadi Solo ke Lokasi Wisata Tawangmangu.
Di sepanjang perjalanan menuju Tawangmangu kita akan melihat pemandangan yang indah di kanan kiri. Semakin dekat ke kawasn tersebut jalananya makin mendaki dan berkelok-kelok seperti Puncak Bogor, Jawa Barat :) dan udara makin dingin khas daerah pegunungan.
Sejak lama memang kawasan Tawangmangu ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit bagi banyak turis. Terutama turis domestik. Alam yang indah dan udara sejuk memang selalu menarik hati orang untuk berkunjung ke tempat wisata yang masih banyak dihuni oleh monyet-monyet liar.
Ada tips supaya pengunjung tidak diganggu oleh monyet-monyet liar itu. salah satunya dalah jangan menjinjing barang bawaan seperti tas atau atau makanan saat anda melintas di sekitar mereka. Monyet-monyet tersebut akan mendekati anda. Dan saat anda lengah mereka akan merebut serta mebawa nya lari ke pepohonan. Disarankan untuk mendekap barang bawaan seperti tas di dada.
Ada beberapa tempat yang patut disinggahi jika kita berwisata ke kawasan yang banyak monyet liarnya ini.
Tempat-tempat tersebut antara lain :
Pertama Grojogan Sewu. Air terjun sewu ini bisa dikatakan sebagai salah ikon dari wisata di Tawangmangu ini. Tempat ini cocok untuk wisata keluarga. Sambil menikmati keindahan alam di lokasi tersebut kita dapat beristirahat sambil menyantap hidangan sate ayam atau sate kelinci bersama keluarga. Ada juga kolam renang bagi yang ingin berenang , tentu saja airnya lebih dingin dari kolam renang yang ada di kota :D .
Kedua Cemara Sewu. Cemara Sewu adalah tempat wisata di lereng gunung lawu yang juga indah dan menarik untuk dikunjungi. Di sini kita dapat menikmati pemandangan alam yang indah sekali.
Ketiga Puncak Gunung Lawu . Gunung lawu memang menantang untuk didaki. Track pendakian gunung lawu jelas sehingga memudahkan para pendaki untuk mencapai puncak. Dan yang paling disukai para pecinta alam adalah keindahan puncak lawu. Dari puncak tersebut kita bisa melihat Danau Sarangan dan gugusan gunung lain di Jawa Timur.
Camping ground, Bagi mereka yang suka camping, di Tawangmangu juga ada tempat berkemah yang bagus (sebagai contoh di Daerah Sekipan Tawangmangu, ada tempat camping dan track untuk outbond yang sangat menarik).
Disini juga ada Pasar Tradisional Tawangmangu tempat kita membeli buah, sayuran segar dan souvenir.
2. Pandawa Water World Solo Baru
Pandawa Water World
Setelah tadi ke Wisata Alam, kini ganti ke Wisata Air. Yap…. Di Solo juga ada Wisata Air WaterBoom yang bernama Pandawa Water World Solo Baru.  Sebuah objek wisata kelas dunia ayng berada di Kawasan Solo Baru, Sukoharjo. Objek wisata ini diberi nama Pandawa Water World (PWW) ini letaknya hanya 1 KM dari Kota Solo arah selatan. Bila dari Jl.Tanjung Anom Solo menuju ke arah selatan, dalam waktu beberapa menit, pengunjung akan sampai di lokasi. Objek Wisata yang berdiri di tanah seluas 2,7 hektare ini sangat mengundang gairah wisatawan untuk menikmati arena permainan air yang ada di objek wisata tersebut.
Taman dunia air ini bukan kolam renang biasa, melainkan kolam renang dengan aneka permainan, yang lebih bersifat petualangan. Pengunjung objek wisata ini diharapkan bukan saja turis domestik, tapi juga mancanegara.
Memasuki objek wisata ini, pengunjung langsung menatap dunia pewayangan dalam ukuran raksasa. Patung pandawa lima yang dibangun untuk memperindah pemandangan dibuat dalam ukuran besar. Kresna setinggi 37 meter nampak gagah menghiasi gua buatan yang di bawahnya yang dikitari genangan air kolam.
Di sebelah kanannya, Satria Pringgodani Raden Gatotkaca dalam posisi terbang seakan turun dari angkasa. Di depan Gatotkaca, Bima alias Sena menggenggam gada Rujakpolo seolah-olah siaga menghadapi musuh.
Tak jauh dari Bima, sang Arjuna dengan wajah lembut namun selalu waspada, siap melepas anak panah dari busurnya.
Yap, sesuai dengan namanya, Pandawa Water World, Pandawa Lima diabadikan di sana. Melihat hiasan dalam kolam renang itu, terjadi perpaduan antara unsur modern dan tradisonal. Sebuah pembangunan tanpa meninggalkan unsur budaya. Pengunjung tak sekadar bermain dalam dunia air, tetapi melakukan apresiasi terhadap dunia pewayangan.
PWW yang menurut rencana 18 Desember soft opening, fasilitasnya antara lain surving boogie, yakni ombak buatan layaknya gelombang di lautan. Di sini pengunjung bisa melakukan olahraga selancar sambil tiduran. Juga ada yang disebut lazy river. Ini fasilitas bersantai, seakan pengunjung berada di sebuah sungai yang panjangnya sekitar 500 meter. Ada pula water slide. Di sini pengunjung dapat bergembira, berseluncur dalam bak meliuk-liuk sepanjang 137 meter.
Masih ada lagi yang disebut black hole. Yang ini permainan air dalam pipa besar berkelok-kelok, lalu berakhir dengan terjun di kolam.
Bagi yang suka tantangan terjun dari ketinggian, disediakan Bungy Tower atau menara loncat. Dari menara setinggi 47 meter ini mereka yang gemar tantangan terjun dari tempat tinggi, bisa merasakan kenikmatan.
Mengapa objek wisata ini menampilkan tokoh-tokoh pewayangan? Supaya anak-anak muda tidak lupa dengan budayanya sendiri. Supaya mereka mencintai wayang, bukan mencintai spiderman atau superman. Jadi, ini adalah salah satu Objek Wisata yang sangat mendidik. :)
3. Pasar Malam Ngarsapuran
Night Market Ngarsopuro
Pasca Revitalsiasi Kawasan Ngarsapuran yang berada di Jalan Diponegoro Solo diiproyeksikan jadi sebuah pasar malam. dengan letaknya yang strategis, antara Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Ronggo warsito , diharapkan Pasar malam Ngarsapuran bisa menjadi icon wiasta baru kota bengawan. NIlai lebih pasar malam ini adalah dekat dengan Pasar Antik Windu Jenar, Pasar Elektronik dan Pura Mangkunegaran. Night Market Ngarsapura / Ngarsopuro ini, yang buka mulai pukul 17.00 hingga pukul 22.00 WIB akan dihuni sekitar 344 pedagang yang dipayungi 86 tenda. Satu tendanya berisi empat pedagang. Namun untuk sementara ini baru berdiri 70 tenda dengan jumlah pedagang 280 orang. ( suara Merdeka )
4. Gladag Langen Bogan
Wisata Kuliner Gladag Langen Bogan
Gladag Langen Bogan merupakan Pusat jajanan malam ( wisata kuliner malam ) yang terletak di Jalan Mayor Sunaryo atau sisi selatan benteng Vastenburg. Merupakan solusi bagi Anda wisatawan khususnya Wisatawan Luar Kota yang singgah di Kota Solo, tempat ini menjadikan salah satu alternatif Anda untuk mencari dan menikmati Jajanan Khas Solo. :)
5. Benteng Vastenberg
Benteng Vastenberg
Benteng megah di tengah Kota Bengawan(*Surakarta) ini, sekarang tinggal seongok bangunan yang tak berharga dan ditumbuhi rumput ilalang yang lebat. Dalam konteks morfologi perkotaan, benteng itu memiliki peranan penting yakni pusat hubungan Solo-Semarang. Kota Solo dalam periode XVIII-XIX, sebagai pusat perdagangan dan ditandai perkembangan kota kolonial. Uniknya, perkembangan ini tercipta dalam nuansa kekuasaan tradisionalistik Kerajaan Kasunanan Surakarta. Sisa-sisa artefak yang jadi bukti simbol perkotaan masih dapat ditemukan di sekitar benteng, di antaranya Gereja St Antonius, bekas gedung Javasche Bank, kantor pos, rumah Residen, jalan raya poros lurus Solo-Semarang, permukiman Eropa, dan Societet Harmoni.
Tipologi kota kolonial identik ditengarai adanya sebuah benteng. Belanda merias kota sejak era Kerajaan Kartasura. Waktu itu, urusan di wilayah kekuasaan raja pribumi ikut menjadi perhatian Belanda, misalnya keamanan, perniagaan, permukiman, tata kota dan kebijakan (stelsel). Di utara benteng, dulu kala digunakan sebagai tempat mangkal kapal-kapal dagang dari segala penjuru.
Wujud pengendalian, Belanda memfungsikan benteng ini untuk pengawasan aktivitas orang pribumi dan nonpribumi (Arab, China, dan Eropa). Pembatasan pembauran atau interaksi berbagai golongan penduduk di Solo menjadi masalah vital Belanda. Dalam catatan De Graaf, tertulis bahwa sebelum benteng Vastenberg berdiri, sudah ada benteng yang menjadi sarana pengawasan dan tempat militer, yakni Benteng Grodenmodenheit. Terbukti, sekitar tiga tahun lalu ditemukan meriam laras panjang oleh penggali pipa di dekat Telkom.
Residen Belanda bermarkas di kawasan benteng, di bawah komandan Gebernur Jenderal Belanda di Semarang. Pembentukan sumbu timur-barat adalah wajah dari jalan raya Solo-Semarang. Tak pelak, semua persoalan di Solo cepat terdengar di telinga Gebernur Jenderal di Semarang. Contohnya, geger pecinan abad XVIII, yang diakibatkan orang-orang China mengamuk yang akhirnya dapat teratasi dan dikejar sampai ke Jawa Timur. Ini tak lain berkat adanya pengawasan dalam benteng.
Pemetaan atau desain kolonial cukup jelas di Kota Bengawan walau dalam pengaruh kuat praja kejawen dari simbolisasi Kerajaan Jawa. Sebagai pembuktian, infrastruktur transportasi rel kereta api jurusan Wonogiri-Solo, di selatan benteng, mampu memotong konsep praja kejawen yaitu pandangan spiritual raja dari atas Pergelaran ke arah lurus utara Tugu Pemandengan.
Bila kita menyimak nilai-nilai historis Benteng Vastenberg, sepertinya tak rela melihat benteng ini rapuh dan rusak. Coba kita menyempatkan melongok ke dalam benteng, yang kita temukan hanyalah puluhan kambing yang sibuk makan rerumputan. Memang ironis, hanya benteng di Solo saja yang tergerus punah karena ulah tangan-tangan jahil, padahal beberapa benteng peninggalan kolonial Belanda di kota lain sudah menjadi aset wisata dan museum.
6. Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka
Di kota Solo terdapat sebuah museum sejarah dan budaya yang bernama Museum Radya Pustaka. Museum Radya Pustaka merupakan museum tertua di Indonesia yang didirikan pada masa pemerintahan Paku Buwono IX tepatnya tanggal 28 oktober 1890 oleh kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV. Raden Adipati Sosrodidingrat IV adalah patih Pakubuwono IX dan Paku Buwono X.
Pada saat itu museum berada di dalam komplek dalem kepatihan. Untuk lebih memudahkan diakses oleh lebih banyak orang pada tanggal 1 januari 1913 musim ini dipindahkan ke lokasinya yang sekarang yaitu di Gedung Museum Radya Pustaka ( kompleks Taman Sriwedari ) jalan Slamet Riyadi. Gedung tersebut dulunya adalah tempat tinggal Johannes Buseelar, seorang warga negara Belanda.
Museum Radya Pustaka dikelola oleh Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta dan dibentuk pada tahun 1951. Presidium pertama dibentuk pada tahun 1966 dan diketahui oleh Go Tik Swan atau juga dikenal dengan nama K.R.T Hardjonagoro
.
Sumber : kotasolo.info

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Air Plane Cursors at www.totallyfreecursors.com